Bahasa digunakan masyarakat untuk berhubungan dan bekerja sama dengan masyarakat lain. Pada kenyataannya antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tentunya beraneka ragam. Keberagaman masyarakat yang beraneka ragam tersebut melahirkan variasi-variasi dalam penggunaan bahasa. Timbulnya variasi bahasa disebabkan oleh para penutur yang tidak homogen dan juga disebabkan oleh kegiatan interaksi sosial yang dilakukan masyarakat beraneka ragam (Chaer dan Agustina, 2010:61).
Chaer dan
Agustina (2010: 62) menyatakan bahwa variasi atau ragam bahasa dapat diklasifikasikan
berdasarkan adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Adanya
keragaman sosial dalam masyarakat menyebabkan terjadinya variasi-variasi
bahasa. Keragaman fungsi bahasa digunakan sebagai alat interaksi dalam kegiatan
masyarakat yang beraneka ragam.
Adanya
masyarakat yang beraneka ragam serta lingkungan sosial dan budaya yang berbeda
menyebabkan adanya variasi dalam penggunaan bahasa. Variasi atau ragam bahasa
ini digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dan bekerjasama sesuai dengan
situasi dan fungsi dalam kontak sosialnya.
Variasi atau
ragam bahasa merupakan kajian dalam studi sosiolinguistik, yaitu menjelaskan
ciri-ciri variasi bahasa dan hubungan antara ciri-ciri variasi bahasa dengan ciri-ciri
sosial kemasyarakatan. Kridalaksana (dalam Chaer dan Agustin, 2010: 61).
Menurut Nababan (1993:3) ragam bahasa adalah perbedaan-perbedaan besar-kecil
antara mengungkapkan satu dengan yang lain merupakan perbedaan bentuk bahasa. Lebih
lanjut Hartman dan Stork (dalam Alwasih, 1985: 55) mengemukakan bahwa ragam bahasa (style)
merupakan gaya perorangan yang disampaikan dalam bentuk ujaran maupun tulisan
sesuai dengan penguasaan kebahasaannya.
Berdasarkan
pendapat di atas, menunjukkan bahwa bahasa memiliki variasi dan ciri tersendiri
antar penggunaannya. Adanya variasi atau ragam bahasa disebabkan oleh
lingkungan pengguna bahasa yang berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa
variasi atau ragam bahasa adalah ciri khas gaya seseorang dalam berkomunikasi
dan berinteraksi.
Chaer dan Agustina (2010: 61) membedakan variasi
bahasa menjadi empat macam, yaitu variasi dari segi penutur, variasi dari segi
pemakaian, variasi dari segi keformalan, variasi dari segi sarana. Berikut
masing-masing penjabarannya.
Variasi bahasa dari segi penutur
Variasi bahasa pertama
berdasarkan
penuturnya adalah variasi bahasa yang disebut dengan idiolek, yaitu
variasi bahasa yang bersifat perseorangan atau individual. Variasi idiolek ini
berkenaan dengan warna suara, pilihan kata, gaya bahasa, susunan
kalimat dan sebagainya. Menurut konsep idiolek, masing-masing individu mempunyai
variasi bahasa atau ciri berbahasa masing-masing untuk membedakan diri dengan
orang lain.
Variasi bahasa
kedua berdasarkan penuturnya adalah dialek, yaitu variasi bahasa dari
sekelompok penutur yang jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat,
wilayah, atau area tertentu. Variasi bahasa dialek ini lazim disebut dialek
area, dialek regional, dialek geografi.
Variasi bahasa
ketiga berdasarkan penutur adalah kronolek atau dialek temporal
yaitu variasi bahasa yang digunakan oleh kelompok sosial pada masa tertentu.
Variasi bahasa pada zaman ke zaman itu tentunya berbeda, baik dari segi lafal,
ejaan, morfologi, maupun sintaksis.
Variasi bahasa
keempat berdasarkan penuturnya adalah sosiolek atau dialek sosial,
yakni variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas sosial
para penuturnya. Variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para penuturnya,
seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan, keadaan sosial
ekonomi dan sebagainya. Variasi bahasa ini juga disebut akrolek, basilek,
vulgar, slang, kolokial, jargon, argot dan ken.
Adapun yang dimaksud dengan akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih
bergengsi dari variasi sosial yang lain. Basilek adalah variasi sosial
yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan dipandang rendah. Vulgar
adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak memakai bahasa yang kurang
terpelajar, atau dari mereka yang tidak berpendidikan. Slang adalah variasi
sosial yang bersifat khusus dan rahasia serta digunakan oleh kalangan tertentu
yang sangat terbatas dan tidak boleh diketahui oleh kalangan di luar kelompok. Kolokial
adalah variasi sosial yang digunakan sehari-hari. Jargon adalah variasi
sosial yang digunakan secara terbatas yang digunakan oleh kelompok-kelompok
sosial tertentu. Ungkapan tidak bersifat umum namun tidak bersifat rahasia. Argot adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas pada profesi-profesi
tertentu dan bersifat rahasia. Ken adalah variasi sosial tertentu yang bernada “memelas”,
dibuat merengek-rengek, penuh dengan kepura-puraan. Biasanya digunakan oleh
pengemis (Chaer dan Agustin, 2010: 61).
Komentar
Posting Komentar